Rabu, 22 Februari 2012

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)


Contextual Teaching and Learning (CTL)


CTL merupakan strategi yang melibatkan seswa secara penuh dalam proses pembelajarannya. Siswa didorong ntuk beraktifitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL adalah proses pengalaman secara langsung..
A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penh ntuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, ketiga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
1.       Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
2.       Pembelajaran ntuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge)
3.       Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)
4.       Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying knomledge)
5.       Melakukan refleksi (reflecting knowledge)

B. Latar Belakang Filosofi dan Psikologis CTL
1.   Latar belakang Filosofis
CTL banyak dipengarhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses akomodasi.
Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual.. menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.

2.   Latar belakangPsikologis
Dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.
Ada yang perlu dipahami tentang pbelajar dalam konteks CTL.
1.       Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki
2.       Belajar bukan sekedar mengumnpulkan fakta yang lepas-lepas.
3.       Belajar adalah proses pemecahan masalah
4.       Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana menuju yang kompleks
5.       Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.

C. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal
No.
Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal
CTL
Pembelajaran Konvensional
1
Siswa sebagai subjek belajar
Siswa sebagai objek belajar
2.
Siswa belajar melalui kegiatan kelompok
Siswa lebih banyak belajar secara individu
3.
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak
4
Kemampuan didasarkan atas pengalaman
Kemampuan diperoleh dari latihan-latihan
5
Tujuan akhir kepuasan diri
Tujuan akhir nilai atau angka
6
Prilaku dibangun atas kesadaran
Prilaku dibangun oleh factor dari luar
7
Pengetahuan yang dimiliki individu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya
Pengetahuan yang dimiliki bersifat absolute dan final, tidak mungkin berkembang.
8
Siswa bertanggungjawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran
Guru penentu jalannya proses pembelajaran
9
Pembelajaran bisa terjadi dimana saja
Pembelajaran terjadi hanya di dalam kelas
10
Keberhasilan pembelajaran dapat diukur dengan berbagai cara
Keberhasilan pembelajaran hanya bisa diukur dengan tes

D. Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.
Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.
1.       Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang
2.       setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan
3.       belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui
4.       belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.

E.   Asas-Asas CTL
CTL sebagi suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL
1. Konstruktivisme
Adalah proses pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
2. Inkuiri
Adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa langkah:
1.       Merumuskan masalah
2.       Mengajukan hipotesis
3.       Mengumpulkan data
4.       Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan
5.       Membuat kesimpulan

3. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:
1)       menggali informasi dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran
2)       membangkitkan motvasi siswa untuk belajar
3)       merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuat
4)       memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan
5)       membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, asas ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
5. Pemodelan (Modeling)
Merupakan proses pembelajarn dengan memperagakan sesuatu sebagai conto yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
6. Refleksi (Reflection)
Merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

F.   Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
a. Pola Pembelajaran Konvensional
untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1)       Siswa disuruh untuk membaca buku tentang pasar
2)       Guru menyampaikan materi pelajaran
3)       Guru memberikan kesempatan pada siswa untk bertanya
4)       Guru mengulas pokok-pokok materi pelajaran  yang telah disampaikan dan dilanjutkan dengan kesimpulan
5)       Guru melakukan post-tes
6)       Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar”
Model pembelajaran diatas jelas bahwa sepenhnya ada pada kendali guru.

b. Pola Pembelajaran CTL
untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1)       Pendahuluan
2)       Inti
3)       Penutup
Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan. Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1)       CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
2)       CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
3)       Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain

Strategi Contextual Teaching and Learning (CTL)
Strategi Pembelajaran hakikatnya adalah sketsa umum aktivitas guru dan murid di dalam merealisasikan kegiatan belajar mengajar. Maknanya, interaksi belajar mengajar berlangsung dalam satu sketsa yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh guru dan murid. Dengan demikian boleh dirumuskan strategi pembelajaran merupakan "sketsa umum pembelajaran subyek didik" yang tersusun secara sistematik berdasar acuan prinsip-prinsip pendidikan yaitu, strukturisasi urutan atau langkah-langkah pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, pengelolaan kelas, evaluasi, dan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Strategi pembelajaran melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang bisa membantu guru menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan realitas dunia nyata murid, dan mendorong murid membuat interaksi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam kaitan ini siswa dapat menyadari sepenuhnya apa makna belajar, manfaatnya, bagaimana upaya untuk mencapainya dan dapat memahami bahwa yang mereka pelajari bermanfaat bagi hidupnya nanti, sehingga mereka akan memposisikan diri sebagai diri mereka sendiri yang membutuhkan bekal hidupnya dan berupaya keras untuk meraihnya.
Adapun tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam meraih tujuannya. Artinya guru lebih fokus pada urusan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru dalam hal ini hanya memanage kelas sebagai sebuah tim yang bekerja untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Proses pembelajaran lebih diwarnai student centered ketimbang teacher centered . Menurut DEPDIKNAS, guru harus melakukan beberapa hal berikut:
1)       Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa
2)       Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian psikologis dan sosiologis,
3)       Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan menghubungkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual,
4)       Merancang pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki dan lingkungan hidup mereka,
5)       Melaksanaka evaluasi terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikanbahanrefleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
Lima bentuk pembelajaran yang penting dalam pendekatan kontekstual yaitu, mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying), bekerja sama (cooprating), dan mentransfer (transferring).
Mengaitkan (relating)
Dalam hal ini guru menggunakan strategi relating ini apabila ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jelasnya, mengkaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
Mengalami (experiencing)
Merupakan inti pembelajaran kontekstual dimana mengkaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan informasi baru dengan pengalaman sebelumnya. Pembelajaran bisa terjadi dengan lebih cepat ketika siswa memanfaatkan (memanipulasi) peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
Menerapkan (applying)
Ketika siswa menerapkan konsep dalam aktivitas belajar memecahkan masalahnya, guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistic dan relevan.
Kerja Sama (cooperating)
Siswa yang bekerja sama secara kelompok biasanya mudah mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan ketimbang siswa yang bekerja sama secara individual. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan pembelajaran tetapi konsisten dengan dunia nyata.
Mentransfer (transferring)
Fungsi dan peran guru dalam konteks ini adalah menciptakan bermacam-macam pengalaman belajar denga fokus pada pemahaman bukan hapalan.
“STRTEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL” menurut DEPDIKNAS dalam penerapannya mempunyai tujuh komponen utama yaitu:
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Menekankan bahwa pembelajaran tidak semata sekedar menghafal, mengingat pengetahuan akan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental, Membangun pengetahuannya, yang didasari oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.
2. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari aktivitas pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan dari hasil mengingat fakta-fakta melainkan dari hasil menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi(observation), bertanya (questioning), Mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion).
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya adalah strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Bertanya bermanfaat untuk:
1)               Menggali informasi
2)               Menggali pemahaman siswa
3)               Membangkitkan daya respon siswa
4)               Mengetahui sampai sejauh mana keinginan dan minat siswa
5)               Memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru
6)               Membangkitkan lebih luas lagi pertanyaan dari siswa, dalam rangka menyegarkan kembali Pengetahuan siswa.
4.  Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran didapat dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari “sharing” antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar akan berjalan baik jika terjadi komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat aktif dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5. Pemodelan (Modeling)
Membahasakan yang ada dalam pemikiran adalah salah satu bentuk dari pemodelan. Jelasnya pemodelan adalah membahasakan yang dipikirkan, memdemonstrasi bagaimana guru menghendaki siswanya untuk belajar dan melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran kontekstual, Guru bukan satu-satunya model. Model bisa dirancang dengan melibatkan siswa atau bisa juga mendatangkan dari luar.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atu merespon tentang apa yang baru dipelajari. Berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Pengejawantahannya dalam pembelajaran adalah guru menyiapkan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah diperoleh pada hari itu.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa member gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru, agar siswa dapat memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual. Evaluasi dilakukan terhadap proses maupun hasil.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar